Sebagai bentuk keseriusan Pemerintah Deerah, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi meminta dukungan produksi pupuk organik dari pemerintah pusat saat menemui Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo di DKI Jakarta beberapa waktu lalu.
Hasilnya, kementerian terkait berjanji akan mengalokasikan 27 Unit Pengelolaan Pupuk Organik (UPPO) untuk Sumut.
"Beberapa petani mengeluhkan sulitnya mendapat pupuk, karena itu kami ingin ada pengelolaan pupuk organik melalui UPPO yang akan dibantu Kementerian Pertanian. Satu unit itu terdiri dari delapan ekor sapi, alat pencacah dan rumah kompos," kata Edy pada Selasa pekan lalu.
Ancaman krisis pangan imbas lonjakan harga pupuk kimia juga mendorong mahasiswa dan mahasiswi Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) turun tangan.
Mereka menggandeng korporasi spesialis pupuk organik untuk membantu para petani di Desa Sukaramai, Kecamatan Sei Balai, Kabupaten Batu Bara, Sumatra Utara.
Di kabupaten ini, setidaknya ada 210 mahasiswa-mahasiswa dari sembilan fakultas UISU yang sedang menjalani masa Kuliah Kerja Nyata (KKN).
Baca Juga
Mahasiswa-mahasiswi berbagi ilmu tentang cara pembuatan pupuk kompos sekaligus mensosialisasikan penggunaannya.
Pupuk kompos atau pupuk organik dipilih karena dianggap merupakan alternatif andalan di tengah kenaikan harga global pupuk kimia.
Menurut Kepala Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam UISU Arifa Pratami, pupuk kompos memiliki banyak keunggulan yang tak kalah dibanding pupuk kimia. Baik dari segi efektivitas maupun penggunaannya.
Di samping itu, sambungnya, pembuatan pupuk kompos relatif mudah tanpa membutuhkan bahan baku yang mahal. Oleh karena itulah harga pupuk kompos menjadi jauh lebih murah dibandingkan dengan harga pupuk kimia.
"Jika ketersediaan pupuk anorganik terbatas, maka ini potensial memicu terjadinya krisis pangan di masyarakat. Maka yang perlu kita bangun adalah ketahanan pangannya. Salah satunya dengan menyediakan pupuk organik," kata Arifa kepada Bisnis.
Pada kesempatan ini, pihak PT BEST Corporation memberikan sampel pupuk organik kepada para petani di Desa Sukaramai. Menurut perwakilan perusahaan, Anes Chandra Winata, pupuk mereka memiliki efektivitas yang tidak berbeda jauh dibanding pupuk kimia.
Sampel pupuk milik PT BEST Corporation langsung diuji coba pada lahan pertanian milik warga di desa tersebut. Nantinya, perkembangan tanaman akan dipantau langsung oleh para mahasiswa. Beberapa tanaman yang diberi pupuk ini adalah cabai, kelapa sawit, dan jambu.
"Bahkan dengan harga yang lebih terjangkau dan sudah pasti ramah lingkungan. Pada dasarnya, pupuk ini sudah dicoba sebelumnya dan sudah berhasil di banyak wilayah dalam dan luar negeri," kata Anes.
Sementara itu, Kepala Desa Sukaramai Anwar Syahputra Manurung mengungkapkan sejumlah kendala yang dialami para petani terkait pemanfaatan pupuk organik, salah satunya pengetahuan yang terbatas.
"Efektivitas pupuk organik di lapangan, serta sosialisasi penggunaan pupuk organik yang masih minim menjadi kendala utama," katanya.
Meskipun demikian, penggunaan pupuk organik sebagai solusi atas kenaikan harga pupuk kimia dinilai pengamat ekonomi Gunawan Benjamin sebagai upaya yang baik. Menurutnya, krisis pangan yang terjadi di beberapa negara salah satunya terkait ketersediaan bahan pangan yang terbatas.
"Pupuk sudah sangat mahal belakangan ini. Jadi memang di hulu kita harus antisipasi agar produk pertanian tetap tersedia. Solusi seperti ini dibutuhkan agar kesinambungan produk pertanian kita tetap terjaga," kata Gunawan.