Bisnis.com, MEDAN— Guna mendorong pemakaian elpiji secara tepat sasaran, PT Pertamina Marketing Operation Region (MOR) I mendorong konversi elpiji 3 kg menjadi Bright Gas atau elpiji 5,5 kg melalui program bertajuk #MoveOnKuliner.
Program tersebut ditujukan bagi bisnis kuliner non UKM yang masih menggunakan elpiji bersubsidi untuk beralih ke Bright Gas.
“Dugaan kami memang masih banyak yang menggunakan elpiji subsidi. Memang belum bisa langsung merubah semua. Ini merupakan langkah awal,” kata Agustinus Santanu Basuki, General Manager Pertamina MOR I, Senin (21/10/2019).
Adapun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2017 terdapat 1.028 restoran di kota Medan. Rata-rata pendapatan restoran kelas besar dan menengah di Sumatra Utara kurang lebih Rp4 miliar pertahun. Basuki mengapresiasi bagi mereka yang memiliki kesadaran untuk beralih menggunakan Bright Gas.
Guna meningkatkan pengawasan pendistribusi elpiji tersebut, Pertamina bekerjasama dengan Pemerintah Kota Medan, sebagai otoritas pengawasan. Pasalnya, dalam hal ini Pertamina hanya sebagai operator pendistribusian.
Adapun untuk tahap awal, lanjut Basuki, bisnis kuliner yang bersedia beralih menggunakan elpiji Bright Gas adalah Rey Café, Black Area Coffee, serta Jontor Coffee. Dia menargetkan paling tidak sudah ada 20 pelaku bisnis yang telah beralih. Pihaknya akan terus berkoordinasi dengan Disperidag, agar bisnis kuliner lain tergerak untuk beralih menggunakan Bright Gas.
Baca Juga
Adapun hingga September 2019 di Sumut, konsumsi Elpiji 3 kg subsidi mencapai lebih dari 10 juta tabung. Sedangkan konsumsi Bright Gas 5,5 kg sebanyak lebih dari 57 ribu tabung, dan Bright Gas 12 kg sebanyak hampur 31 ribu tabung.
“Kami berharap dengan adanya program ini, penggunaan elpiji menjadi lebih tepat sasaran. Jika tepat sasaran sesuai peruntukan, maka kuota elpiji subsidi akan mencukupi,” tambahnya.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Medan H. Dammikrot mengaku siap mendukung jalannya pengawasan penggunaan elpiji bersubsidi agar tepat sasaran. Dia mengatakan Surat Edaran (SE) Walikota Medan untuk konversi ke Bright Gas telah disampaikan kepada pelaku usaha. “Surat Edaran itu dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat Kecamatan,” katanya.
Untuk semakin memperkuat pengawasan pendistribusian, Dammikrot mengatakan pemerintah akan membentuk tim lapangan, di mana tim tersebut akan mulai dibentuk mulai November 2019. Pasalnya, menurut dia saat ini distribusi elpiji dari pangkalan ke pengecer atau kedai masih sulit dikontrol.
“Saya tidak mengatakan panggakalan nakal, hanya saja dari pangkalan ada pengecer yang sudah ambil empat hingga lima elpiji, bahkan ada tukang becak. Ini yang biasanya tidak masuk dalam system pendistribusia, yang kadang menaikan harga lebih dari HET [Harga Eceran Tertingi],” jelasnya.