Bisnis.com, MEDAN – PT. Indonesia Asahan Aluminium (Persero) menyatakan kesiapannya apabila ditunjuk oleh pemerintah untuk menjadi induk holding badan usaha milik negara di sektor tambang.
Apabila menjadi induk holding di sektor tambang, PT. Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) akan membawahi PT Aneka Tambang (Persero), PT Bukit Asam (Persero) dan PT. Timah (Persero) Tbk.
“Kami sudah siap, anggaran dasar sudah disiapkan tinggal payung hukumnya saja. Dengan bergabungnya holding, maka dari aspek finansial kami lebih kuat dan mampu mendanai proyek-proyek. Kalau diinstruksikan pemegang saham untuk mengambil Freeport kami siap,” kata Corporate Secretary Inalum Ricky Gunawan pada kegiatan temu media di Medan, Rabu (13/9/2017).
Namun, Ricky menegaskan hingga saat ini belum ada instruksi secara resmi terkait pengambil alihan 51% saham Freeport tersebut. Dia menegaskan bahwa hal ini merupakan ranah pemegang saham.
Di lain sisi, Ricky menjelaskan sampai akhir tahun ini Inalum masih terus mengejar realisasi beberapa proyek pengembangan. Salah satunya adalah proyek diversifikasi produk aluminium slab, yang baru-baru ini telah ditanda tangani nota kesepahaman dengan PT. Alumindo Light Metal Industri Tbk (ALMI).
Inalum, jelas Ricky, juga telah berhasil merealisasikan proyek diversifikasi produknya berupa aluminium billet dan alloy yang membutuhkan teknologi canggih dengan tepat waktu. Proyek diversifikasi yang groundbreaking-nya dilakukan oleh Presiden Joko Widodo pada 27 Januari 2015 telah melakukan pengiriman perdana kepada pelanggan pada 23 Juni 2017.
“Ditargetkan nantinya proyek diversifikasi ini mampu memproduksi 15.000 ton aluminium billet dan 45.000 ton aluminium alloy. Beberapa proyek pengembangan yang lain juga masih menunjukkan progres positif,” tukas Ricky.
Saat ini, Inalum sedang melakukan uji coba proyek optimalisasi dan up-grading tungku peleburan, finalisasi studi kelayakan untuk pengembangan smelter baru, ekspansi pelabuhan, dan pabrik wire rod.
Selain itu, proyek smelter grade alumina refinery di Mempawah serta pencarian mitra investor potensial untuk proyek PLTU 2x350 MW. Pembangunan PLTU 2x 350 MW tersebut rencananya untuk menggenjot target produksi 1 juta ton aluminium pada 2025 dan pemenuhan energi listrik bagi kawasan industri Kuala Tanjung.
“Pabrik wire rod kemungkinan dalam tahun ini, sudah kami sepakati, tinggal tanda tangan saja, kerjasama dengan perusahaan asal Malaysia, karena mereka punya teknologi dan pasar. Konstruksinya di dekat pabrik peleburan di Kuala Tanjung. Jadi 2018 konstruksi dan akhir tahun atau awal 2019 diharapkan sudah produksi. Ini menghasilkan produk turunan,” tutur Ricky.
Dia melanjutkan kinerja keuangan perseroan pada akhir tahun ini diproyeksikan lebih tinggi dari target, yakni minimal 15% seiring kenaikan harga komoditas kendati secara volume produksi lebih rendah dari rencana yang ditetapkan.
“Kalau produksi sekarang di bawah dari target kami, karena ketinggian tinggi air Danau Toba belum stabil. Mungkin sampai akhir tahun ini volume produksi sedikit di bahwa target, tetapi secara kinerja keuangan tertutupi,” tegas Ricky.
Sepanjang semester I/2017, tukas Ricky, Inalum membukukan kinerja keuangan 25% lebih tinggi dari target dan pada akhir tahun ini diharapkan bisa melampaui target, minimal 15%. Pada 2016, total aset perusahaan plat merah ini mencapai Rp21,81 triliun, naik 39,45% dari Rp15,64 triliun pada 2015.
Sesuai RKAP 2017, Inalum membidik volume produksi aluminium sebanyak 241.038 ton. Per Mei 2017 lalu, jumlah produksi baru mencapai 36,5% dari target RKAP 2017, menyusul penurunan level air Danau Toba sejak September tahun lalu.
Seperti diketahui, dalam memproduksi aluminium, BUMN ke-141 ini ditopang oleh dua pembangkit listrik tenaga air, yakni PLTA Siguragura berkapasitas 203 MW dan PLTA Tangga 223 MW yang keduanya berada di Paritohan, Kabupaten Toba Samosir, Sumatra Utara.