Bisnis.com, PADANG - Pemerintah Kota Padang, Sumatra Barat, mewanti-wanti jajarannya agar fokus dalam melakukan pengendalian inflasi terutama pada jelang dan saat momen Iduladha 2025.
Wakil Wali Kota Padang Maigus Nasir mengatakan pentingnya kesiapsiagaan seluruh pihak menghadapi potensi gejolak harga, menjelang hari besar keagamaan yang kerap diikuti lonjakan permintaan bahan pokok dan hewan kurban.
"Inflasi dapat disebabkan oleh banyak faktor, baik dari sisi permintaan maupun penawaran. Namun, perlu harus waspada terhadap faktor-faktor pemicu seperti kelangkaan pasokan, rantai distribusi yang panjang, praktik penimbunan oleh spekulan, serta cuaca ekstrem yang bisa mengganggu distribusi," katanya, Kamis (22/5/2025).
Maigus juga menyoroti data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Padang yang menunjukkan fluktuasi inflasi dalam beberapa bulan terakhir. Artinya setelah mengalami penurunan pada Februari (0,19%) dan Maret (0,40%), inflasi Kota Padang melonjak menjadi 2,50% pada April 2025.
“Kenaikan ini sebagian besar dipicu oleh naiknya harga emas perhiasan serta dihentikannya subsidi tarif listrik 50% dari PLN,” ujarnya.
Dia menyebutkan menjelang Iduladha ini, tren kenaikan harga biasanya terjadi pada komoditas pangan seperti cabai merah, bawang merah, dan bawang putih. Dia menyadari bahwa hal terpenting yang perlu dilakukan yakni memastikan kelayakan dan ketersediaan hewan kurban.
Baca Juga
“Pengawasan oleh dinas terkait harus dilakukan secara ketat,” tegasnya.
Maigus juga mengingatkan agar Tim Pengendalian Inflasi Daerah tetap melakukan monitoring harga dan stok barang secara intensif, meskipun laju inflasi saat ini relatif terkendali.
“Jika ada gangguan distribusi akibat cuaca ekstrem, segera lakukan koordinasi dan langkah strategis agar tidak terjadi lonjakan harga yang merugikan masyarakat,” tutupnya.
Dengan sinergi lintas sektor, Pemko Padang berharap stabilitas harga dan ketersediaan bahan pokok serta hewan kurban menjelang Iduladha dapat tetap terjaga untuk kenyamanan dan ketenangan masyarakat di kota Padang.