Bisnis.com, BATAM - Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kepulauan Riau (Kepri) mencatat Kepri mengalami inflasi pada Maret 2025 sebesar 2,01% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Inflasi Maret 2025 ini agak melandai dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,09%. "Dibanding nasional, inflasi tahunan Kepri relatif tinggi yang disebabkan kenaikan harga emas dengan andil inflasi 0,56% [YoY] dan kenaikan tarif listrik per 1 Juli 2025," kata Plh Kepala BI Perwakilan Kepri Adidoyo Prakoso, Kamis (10/4/2025) di Batam.
Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi Maret 2025 di Kepri terutama didorong oleh kelompok perumahan, air listrik, dan bahan bakar rumah tangga.
Andil ketiganya terutama berasal dari kenaikan tarif listrik, yang secara keseluruhan memberikan andil inflasi bulanan sebesar 0,36% (mtm).
Kenaikan tarif listrik ini terjadi karena tidak berlakunya program diskon tarif listrik di Batam pada periode Januari-Februari 2025.
"Karena itu, Batam tidak mengalami normalisasi tarif di bulan Maret seperti yang terjadi di hampir semua provinsi lainnya di Indonesia," ungkapnya.
Baca Juga
Adidoyo kemudian menjelaskan sejumlah risiko inflasi yang harus diwaspadai ke depannya, seperti normalisasi tarif listrik pasca berakhirnya diskon tarif listrik sebesar 50% untuk konsumen rumah tangga dan pelaku usaha kecil dengan daya hingga 2.200 VA.
"Selanjutnya meningkatnya imported inflation dengan kebijakan tarif impor yang diberlakukan Amerika Serikat," tuturnya.
Selanjutnya masa peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau yang dapat berpengaruh terhadap produksi komoditas pangan.
"Kami tetap optimis inflasi di Kepri akan tetap di sasaran inflasi nasional 2,5 ±1% didorong oleh melandainya harga emas perhiasan, penyesuaian harga BBM nonsubsidi per 1 April 2025 dan normalisasi permintaan terhadap komoditas pangan pasca Lebaran," pungkasnya.