Bisnis.com, PADANG - Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Wilayah Provinsi Sumatra Barat memiliki strategi khusus untuk menyerap beras lokal di Ranah Minang seiring adanya kondisi harga gabah di daerah itu jauh di atas HET (harga eceran tertinggi).
Pimpinan Wilayah Perum Bulog Sumbar R. Darma Wijaya mengatakan sesuai dengan arahan Presiden Prabowo Subianto kepada Perum Bulog untuk menyerap beras lokal di Indonesia sebanyak 3 juta ton beras hingga April 2025, maka Bulog Wilayah Sumbar juga turut mendapat perintah untuk melakukan serapan beras tersebut.
"Awalnya kami diberi target 260 ton beras lokal untuk diserap sampai April 2025. Ternyata kami mampu melebihi target dan beras yang diserap 460 ton beras. Kini target kami naik jadi 867 ton beras," katanya, Jumat (21/2/2025).
Darma menyebutkan meski dari segi realisasi capaian terbilang cukup besar, sebenarnya untuk menyerap beras lokal di Sumbar ini, Bulog dihadapkan dengan kondisi harga gabah yang ternyata jauh di atas HET.
Hal ini dikarenakan, lanjutnya, harga beras di Sumbar telah ditentukan harga khusus, karena secara kualitas beras yang ada di Sumbar merupakan beras premium.
Namun untuk mengoptimalkan serapan beras lokal itu, kata Darma, Bulog Sumbar melakukan pemetaan wilayah yang memproduksi beras yang harganya setara dengan HET.
Wilayah produksi itu, berada di perbatasan Sumbar yakni Kabupaten Pesisir Selatan dengan Provinsi Bengkulu, Kabupaten Dharmasraya dengan Provinsi Jambi, dan Kabupaten Pasaman dengan Provinsi Sumatra Utara.
"Jadi di tiga titik itu, merupakan wilayah transmigrasi. Artinya wilayah tersebut penghasil beras IR 64 atau beras pulen, sehingga harganya cocok dengan HET," ujarnya.
Menurutnya untuk mencapai target 867 ton beras itu hingga April 2025 nanti, Bulog Sumbar menyerapkan hasil pertanian di tiga wilayah tersebut.
"Kalau daerah lainnya di Sumbar penghasil beras premium, dan kami tidak bisa menyerapnya, karena tidak sesuai HET. Tapi beruntung masih ada kawasan pertanian yang memproduksi beras IR 64, sehingga upaya serapan beras lokal di Sumbar bisa terlaksana," ungkapnya.
Darma mengatakan meski Bulog Sumbar telah menetapkan wilayah serapan beras lokal, bukan berarti seluruh hasil produksi gabah di tiga wilayah itu diserap Bulog. Namun sesuai dengan ketentuan, serapan beras lokal hanya diperbolehkan 10% dari hasil panen petani.
Selain itu, beras yang diserap Bulog Sumbar juga ada beberapa syarat, seperti kondisi butir patah beras maksimal 20%, atau harus memenuhi yang namanya beras cantik dengan kondisi dan kualitas beras 98%.
"Jadi perlu kami lihat kondisi berasnya juga. Soal kondisi beras itu sepertinya di pengaruhi hasil heler (penggilangan padi)," jelasnya.
Oleh karena itu, Darma memperkirakan potensi serapan beras lokal di Sumbar bisa mencapai 1.800 ton per tahunnya yang ada di tiga wilayah itu, asalkan indeks penanaman (ip) dilakukan secara maksimal.
"Jadi kontribusi serapan beras lokal di Sumbar untuk target nasional belum begitu besar, karena target nasional itu 3 juta ton," tegasnya.
Dikatakannya beras yang diserap Bulog Sumbar itu disimpan di gudang Bulog, karena merupakan beras cadangan pemerintah, yang nanti akan dijual kembali untuk kebutuhan masyarakat di Sumbar.