Bisnis.com, BENGKALIS - Menjadi eksportir telah menjadi mimpi bagi banyak pelaku UMKM yang merintis usaha dari awal, kemudian berkembang dan mulai mendapatkan omzet lebih besar.
Namun menjadi eksportir tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak tantangan dan masalah yang perlu diselesaikan, serta pentingnya dukungan berbagai pihak agar proses ekspor berjalan lancar dan memberikan nilai tambah bagi pelaku usaha tersebut.
Hal inilah yang dirasakan dan dijalani langsung oleh Koperasi Produksi Generasi Mandiri, yang fokus pada produk budidaya udang Vaname. Koperasi ini terletak di Desa Teluk Pambang, Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis. Sementara, lokasi kolam udang koperasi ini masih harus ditempuh lewat jalur darat selama 1 jam dari ibu kota Bengkalis.
Pembina Koperasi Produksi Generasi Mandiri, Muhammad Muzamil menyebutkan sebelum berhasil melakukan ekspor udang vaname, para penambak hanya bergantung kepada agen atau tengkulak yang menampung hasil produksi udang.
"Jadi kami bergantung kepada agen, udang itu hanya dijual di pasar domestik seperti Medan, Lampung, dan lokal Pekanbaru itupun hanya sedikit kebutuhannya. Padahal Bengkalis ini dekat dengan Malaysia dan Singapura yang merupakan daerah serumpun Melayu. Dulunya semua kebutuhan Bengkalis itu datang dari negara tetangga," ungkapnya Senin (11/12/2023).
Setelah melihat langsung adanya peluang ekspor udang, dan mulai mencari informasi bagaimana proses dan tahapan mengirimkan barang keluar negeri, akhirnya Muzamil mulai mencoba mengirimkan udang hasil produksi koperasi itu ke negara tetangga pada 2019.
Banyak kendala dan tantangan yang dihadapinya, terutama karena belum punya izin ekspor sendiri sehingga untuk pengiriman udang tersebut menggunakan nama eksportir lain yang sudah berizin.
Keberhasilan itu menjadi titik awal bagi Koperasi Produksi Generasi Mandiri, sehingga mendapatkan perhatian banyak pihak dan mendapat dukungan untuk menjadi eksportir udang.
Bank Indonesia misalnya, pada 2019 membuat pelatihan HACCP (Hazard Analisis and Critical Control Point) bekerjasama dengan Stasiun Balai Karantina Ikan Kelas I Pekanbaru, dan Koperasi Mandiri menjadi salah satu pesertanya.
"Kami juga sampaikan salah satu syarat utama menjadi eksportir itu harus ada Unit Pengolahan Ikan (UPI). Ini kami ajukan dan disetujui oleh Bank Indonesia, dibangun 2020 dan selesai 2022," ungkapnya.
Setelah memperoleh dukungan dari berbagai pihak, sejak awal 2023 lalu Koperasi Produksi Generasi Mandiri sudah resmi melakukan ekspor udang, atas nama koperasi itu sendiri. Hal ini dibuktikan dengan didapatkannya dokumen resmi seperti Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang dikeluarkan Bea dan Cukai Kemenkeu, atas nama koperasi.
Muzamil menyebutkan sampai pekan kedua Desember 2023, pihaknya sudah 32 kali melakukan ekspor udang Vaname ke negara tetangga Singapura, melalui pelabuhan ekspor di Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau.
Untuk setiap kali ekspor, pihaknya mengirimkan sekitar 4-5 ton udang segar. Dari puluhan kali ekspor yang sudah berjalan, diperkirakan berat tonase udang yang telah dikirim ke pasar luar negeri tersebut sudah mencapai 150 ton lebih. Nilai udang yang diekspor ini disebutkannya mencapai sekitar Rp300 juta dalam sekali pengiriman, atau mencapai Rp9,6 miliar jika dijumlahkan dari seluruh pengiriman sejak awal tahun.
Memang udang yang diekspor menurutnya tidak semuanya merupakan produksi sendiri, tetapi juga dari hasil produksi penambak lain yang ada di Pulau Bengkalis dan mau menjual udangnya untuk diekspor melalui Koperasi Produksi Generasi Mandiri.
Pihaknya meyakini pendapatan penambak dan produksi udang yang bisa diekspor dapat terus meningkat di masa mendatang, asalkan ada buyer atau pembeli yang jelas dan menjalin kerjasama ekspor dengan pihaknya.
"Untuk mitra ekspor kami saat ini hanya bisa menerima pengiriman sekitar 5 ton dalam sekali kirim. Kendala kami adalah belum ada buyer yang minta tonase besar, serta kalau adapun saat ini terkendala logistik. Kalau mengirimkan tonase besar harus pakai kontainer dengan pendingin dan itu adanya di Pelabuhan Belawan, Medan. Tidak ada di Riau," ungkapnya.
Dengan konsistensi ekspor yang dilakukan, Koperasi Produksi Generasi Mandiri telah ditunjuk sebagai lokasi program Desa Devisa Udang, oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank bersama Politeknik Negeri Bengkalis (Polbeng).
Program tersebut bertujuan untuk meningkatkan ekspor dan pendapatan devisa yang berkelanjutan, dan meningkatkan kapasitas masyarakat lokal serta mengembangkan komoditas unggulan desa, yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mengembangkan potensi daerah itu melalui komoditas udang.
Sementara itu Ketua Koperasi Generasi Mandiri Group Dedi Arianto mengungkapkan memang saat ini hasil atau pendapatan yang diterima oleh penambak mengalami penurunan, karena harga jual udang Vaname yang anjlok.
Akibatnya pendapatan penambak juga turun drastis dan tidak sebesar hasil yang didapatkan sebelumnya. Untuk mengatasi hal ini, perlu upaya untuk memperluas penjualan ke pasar ekspor. Namun langkah ini membutuhkan modal yang tidak sedikit.
"Usaha udang Vaname termasuk bisnis dengan modal besar, bisa ratusan juta dalam sekali siklus usaha. Karena itu kalau mengandalkan modal pribadi tentu kami juga di koperasi tidak sanggup. Kami menilai perlu peran berbagai pihak mengatasi kondisi ini," ungkapnya.
Menurutnya salah satu upaya yang bisa dilakukan melalui suntikan dana dari investor, pemodal, atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk pembelian hasil udang penambak dengan harga lebih tinggi dari harga pasar, dan hasilnya dijual ke pasar ekspor.
Harapan pihaknya, dukungan penjualan ke pasar ekspor tersebut dapat memulihkan harga jual udang Vaname kedepan, sehingga pendapatan penambak juga kembali membaik seperti sebelumnya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau, Muhamad Nur mengatakan memang usaha tambak udang vaname di Kabupaten Bengkalis tidak hanya menjadi sektor strategis dalam meningkatkan perekonomian masyarakat, tetapi juga mewujudkan sumber ekonomi baru bagi penduduk pesisir pulau tersebut.
Dari data Bank Indonesia, dengan lahan sekitar 1.000 meter persegi, analisis usaha menunjukkan potensi keuntungan mencapai Rp87 juta dalam masa panen tiga hingga empat bulan.
"Pengembangan usaha tambak udang Vaname di Bengkalis mencakup area seluas 1.300 hektar, dengan 100 hektar sudah digarap di Kecamatan Bantan dan Kecamatan Bengkalis," ungkapnya.
Ekspansi juga dilakukan di Pulau Rupat, Kecamatan Rupat, dan Rupat Utara seluas 480 hektar oleh empat perusahaan. Praktik tambak udang telah berlangsung sejak 2004 silam dan terus berkembang pada 2011 hingga kini.
Diketahui produksi tambak udang ini umumnya didistribusikan ke Kota Medan, Batam, dan Lampung, dengan sebagian diekspor ke Malaysia dan Singapura. Pemasaran lokal dilakukan di Kota Pekanbaru dan Dumai.
Meski berpotensi untuk diekspor langsung dari Provinsi Riau ke mancanegara, Bank Indonesia mencatat masih terdapat kendala terkait perizinan, infrastruktur, dan sertifikasi HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) yang dikeluarkan oleh Kementerian Perikanan dan Kelautan melalui Balai Karantina Perikanan.
"Guna mendukung UMKM perikanan terkait ekspor, Bank Indonesia bekerja sama dengan Stasiun Balai Karantina Ikan Kelas I Pekanbaru menyelenggarakan pelatihan HACCP untuk 30 UMKM komoditas ikan di Provinsi Riau pada 2019 lalu," ungkapnya.
Lebih lanjut, Program Sosial Bank Indonesia Peningkatan Kapasitas Ekonomi (PSBI PKE) UMKM Kpw BI Riau memberikan fasilitasi kepada Koperasi Produksi Generasi Mandiri Desa Teluk Pambang, Bantan, Kabupaten Bengkalis, dengan melakukan penggalian potensi ekspor, pelatihan pengolahan limbah ikan tangkap, pembangunan pelabuhan kecil.
Kemudian pembangunan Unit Pengolahan Ikan (UPI) sesuai standar HACCP pada 2020. Hal ini sebagai langkah konkret dalam mendukung potensi ekspor. Melalui berbagai upaya itu diharapkan produksi tambak udang Bengkalis terus meningkat dan penghasilan para penambak juga bertambah dari nilai ekspor yang didapatkan.