Bisnis.com, PALEMBANG — DPD Real Estate Indonesia atau REI Sumatra Selatan menilai mayoritas pengembang masih menggarap hunian untuk masyarakat berpenghasilan rendah atau MBR di provinsi itu.
Ketua DPD REI Sumatra Selatan (Sumsel) Zewwy Salim mengatakan pembangunan rumah yang dilakukan developer 85 persen merupakan kategori rumah MBR. Sementara sisanya, sebesar 15 persen merupakan hunian komersil.
“Untuk hunian MBR itu yang di bawah Rp200 juta [rumah subsidi]. Sementara untuk segmen komersil biasanya rentang harga Rp200 juta—Rp500 juta. Kalau untuk Rp500 juta ke atas ada segmen tersendiri,” katanya kepada Bisnis, belum lama ini.
Zewwy mengatakan pengembangan sektor properti, terutama di Kota Palembang, masih mengarah ke pinggiran kota.
Menurutnya, para pengembang membidik sejumlah kawasan untuk pembangunan hunian, seperti Gandus, Tanjung Barangan dan Talang Keramat.
“Karena kalau untuk dalam kota Palembang sendiri lahan kan sudah terbatas, jadi pembangunannya berjalan ke arah pinggir,” katanya.
Zewwy mengemukakan sebetulnya penjualan rumah sempat turun pada tahun lalu lantaran dampak pandemi Covid-19.
“Penjualan sempat stuck awal tahun 2020 karena pandemi sehingga turun sekitar 20 persen,” katanya.
Sementara untuk tahun ini, REI Sumsel mematok target penjualan sebanyak 15.000 unit atau meningkat dibanding realisasi tahun 2020 sebanyak 10.000 unit.
Dia mengatakan tingkat backlog hunian di Sumsel mencapai 5.000 unit sehingga peluang pengembang untuk menangkap pasar di wilayah itu masih terbuka lebar.
Zewwy menjelaskan jika sektor properti menggeliat maka bisa berkontribusi terhadap pemulihan ekonomi di daerah tersebut. Pasalnya, sektor tersebut memiliki 174 industri turunan sehingga ada dampak lanjutan.