Bisnis.com, JAMBI - Penyaluran kredit perbankan di Provinsi Jambi pada triwulan I 2021 mencapai Rp43,02 triliun atau tumbuh 7,40 persen (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,06 persen (yoy).
Kepala KPw Bank Indonesia Provinsi Jambi, Suti Masniari Nasution di Jambi, Rabu (16/5/2021), mengungkapkan, posisi kredit yang disalurkan Bank Pemerintah sebesar Rp33,15 triliun atau tumbuh sebesar 11,86 persen.
Sementara itu, penyaluran kredit bank syariah di Jambi sebesar Rp3,53 triliun atau mengalami pertumbuhan 7,28 persen dan bank swasta di Jambi sudah menyalurkan sebesar Rp6,34 triliun yang mengalami kontraksi sebesar 10,94 persen.
"Menurut penggunaannya kredit terbesar masih kredit konsumsi, modal kerja, dan kredit investasi," terang Suti.
Kredit konsumsi disalurkan pada triwulan I 2021 sebesar Rp19,03 triliun, kemudian kredit modal kerja tersalurkan sebesar Rp13,89 triliun dan kredit investasi sebesar Rp10,10 triliun.
Lanjutnya, peningkatan tersebut disertai dengan perbaikan kualitas kredit. Rasio non performing loan turun dari 2,55 persen (gross) pada triwulan IV 2020 menjadi 2,21 persen (gross) di triwulan 1 2021.Rasio NPL tersebut masih cukup aman dari batas NPL 5 persen.
Baca Juga
Penurunan rasio NPL tersebut didorong oleh penurunan NPL di berbagai sektor utama seperti sektor listrik gas dan air, sektor pertambangan , sektor perdagangan serta sektor industri.
Dilihat dari spread bunga, terlihat bahwa margin rata-rata tertimbang antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito perbankan di ProvKredit yang disalurkan ini Jambi relatif meningkat dari 6 persen menjadi 6,21 persen.
Peningkatan margin bunga tersebut disebabkan penurunan suku bunga kredit yang lebih lambat dibandingkan penurunan suku bunga deposito. Suku bunga rata-rata tertimbang kredit triwulan laporan sebesar 9,99 persen menurun dibandingkan triwulan sebelumnya 10,12 persen.
"Berdasarkan Liaison yang dilakukan Bank Indonesia Provinsi Jambi, suku bunga kredit tersebut masih dirasa wajar, namun untuk kredit UMKM masih terlalu tinggi," ujarnya.
Hal tersebut juga menjadi terasa lebih memberatkan bagi UMKM di tengah penurunan permintaan baik domestik maupun global. Pelaku usaha berharap tingkat suku bunga kredit dapat berada di bawah rentang 10 persen sehingga dapat meringankan beban keuangan perusahaan.