Bisnis.com, PEKANBARU — Bank Indonesia Perwakilan Riau menyatakan sampai saat ini angka inflasi di daerah itu, masih dipengaruhi sebagian besar oleh komoditas bahan makanan atau volatile food.
Kepala Tim Pengembangan Ekonomi BI Riau Iskandar mengatakan pemicu hal itu salah satunya karena kebiasaan masyarakat, yaitu lebih suka membeli cabai segar.
"Setelah diteliti mengapa ya cabai ini tidak bisa diganti dengan cabai kemasan, ternyata taste orang Riau enggak cocok dengan kemasan, tetap mencari cabai segar apalagi cabai bukit [Bukittinggi]," ujarnya saat kegiatan Capacity Building BI Riau, Sabtu (5/10/2019).
Pengaruh cabai ke angka inflasi menurut dia, sangat besar. Terbukti bila harga cabai naik, angka inflasi Riau akan mengikuti. Begitu pula saat harganya rendah, Riau mengalami deflasi.
Fluktuasi harga ini, disebabkan Riau bergantung pada suplai cabai merah dari daerah lain seperti dari Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Jawa. Akibatnya bila suplai tersendat harganya akan naik, namun bila suplai melimpah harganya akan terus turun.
Seperti September 2019 lalu, Riau mengalami deflasi 0,3 persen dan cabai menjadi komoditas utama penyumbang deflasi daerah itu.
Selain cabai, ada juga komoditas volatile food lain di Riau, yaitu bawang merah, daging ayam ras, hingga jengkol.
Keempat bahan makanan itu menjadi bahan makanan yang sering dikonsumsi masyarakat setempat.
"Dari data kami juga terlihat grafik inflasi Riau itu terutama dari bahan makanan, setelah itu diikuti makanan jadi," ujarnya.