Bisnis.com, MEDAN – Guna mengangkat kembali pamor kain tenun asli Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggelar Festival Tenun Nusantara 2018 di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatra Utara.
Festival yang berlangsung sejak 13 – 17 Oktober tersebut diselenggarakan di tiga lokasi yang berbeda, yakni Tarutung, Muara dan Pulau Sibandang.
Salah satu dari rangkaian kegiatan Festival tersebut yakni berupa Pameran Tenun Nusantara yang dilaksanakan di Sopo Partungkoan, Tarutung yang resmi dibuka pada Sabtu (13/10/2018) dan berlangsung sampai hari penutupan pada Rabu (17/10) mendatang.
Lebih dari 100 kain tenun tradisional yang dipamerkan seperti Ulos, Hiou, Abit dan Uis serta kain tenun tradisional dari berbagai daerah lainnya di nusantara seperti tenun dari Sulawesi. Tak hanya itu, kain tradisional seperti Batik dari Pulau Jawa, kain tradisional dari Lampung juga mendapat tempat dalam pameran tersebut.
Adapun, jumlah kain tenun tradisional yang berasal dari 6 puak Batak yang diboyong dalam pameran berkisar 65 kain. Kain yang dipamerkan dibagi kedalam 5 bagian besar fase kehidupan, mulai dari masa kelahiran, masa antara lahir hingga menikah, menikah, masa antara menikah hingga kematian dan kematian.
Mayoritas kain yang dipamerkan adalah Ulos koleksi dari Vilidius Siburian yang sebagian di antaranya merupakan Ulos yang langka.
Ruang pameran kain tenun nusantara sendiri di Sopo Partungkoan didesain menggunakan material bamboo.
Bhimanto Suwastoyo, selaku desainer ruang pameran, mengatakan bambu dipilih sebagai material utama pameran untuk memperkuat suasana alam. Material tersebut juga berhubungan dengan kearifan lokal leluhur Batak, di mana orangtua dahulu akan memagari kampung dengan tanaman bambu.
Pada hari pertama pameran, pengunjung menunjukkan antusiasi yang tinggi dan memadati ruang pameran. Pasalnya, selain berkesempatan mengenal kain tenun dari daerah lain, pengunjung juga dapat melihat sejumlah kain Ulos yang sudah langka, seperti Parompa Sadum dari Angkola, Uis Jungkit Siwa dari Simalungun, Ulos Sibolang Rasta Marjugia, dan beberapa ulos lainnya.
Untuk menambah wawasan para pengunjung terkait soal Ulos, pameran tersebut juga dilengkapi dengan narasi pada tiap kain yang berisikan nama kain, penggunaan hingga fungsi pada ritual adat.
Dalam pembukaan pameran tersebut, Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan, berharap lewat penyelenggaraan Festival Tenun, kain Ulos dapat dikenal hingga skala internasional serta dapat memberikan manfaat langsung bagi para penenun.
Apalagi, selain diproduksi untuk budaya dan upacara adat, kain tenun juga diharapkan dapat digunakan menjadi bagian dari fesyen modern lewat modifikasi menjadi jas, kemeja hingga celana jeans.
“Saya sangat berharap ke depan ada jeans yang dibuat dari kain hasil tenun masyarakat Tapanuli. Ini bertujuan untuk mengangkat produksi dan harga jual hasil tenun. Jadi tenun itu tidak serta-merta hanya untuk adat, tetapi penggunaannya juga lebih luas, sehingga pasarnya lebih besar,” ujarnya seperti dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (14/10/2018).
Lebih lanjut, Pemkab Tapanuli Utara juga mengajak para pelajar tingkat SD dan SMP ke pameran tersebut sebagai upaya untuk memperkenalkan Ulos kepada generasi muda. Tampak ratusan siswa SD dan SMP yang hadir ke pameran. Tak hanya melihat-lihat, para pelajar tersebut juga terlihat mencatat keterangan pada kain tenun yang dipamerkan.
Di sudut lain ruang pameran, juga dihadirkan 4 penenun dari Kabupaten Tapanuli Utara lengkap dengan alat tenunnya sehingga pengunjung dapat melihat langsung dan bertanya terkait proses bertenun Ulos.