Bisnis.com, BANDA ACEH - Pada kuartal I 2018 sebanyak 18 perusahaan lokal dan tiga perusahaan asing tercatat memulai investasi di Provinsi Aceh.
Perusahaan lokal banyak berinvestasi di sektor perkebunan seperti sawit, sedangkan perusahaan asing pada sektor energi terbarukan.
Tiga perusahaan asing yang memperoleh izin prinsip pada kuartal I ialah Ingako Energy dari Korea Selatan yang akan membangun kontruksi bangunan elektrikal di Kabupaten Bener Meriah dengan investasi US$1,47 juta.
Kemudian Aceh Hydopower dari Singapura membangun dua pembangkit tenaga listrik di Kabupaten Aceh Barat dengan investasi masing-masing US$994 ribu dan US$603 ribu, dan Saka Pratama Energi dari Tiongkok berinvestasi US$159 ribu untuk membangun pembangkit tenaga listrik di Kabupaten Aceh Selatan.
"Total realisasi investasi dari perusahaan asing di kuartal I 2018 US$3,31 juta dari 51 perusahaan asing yang membuat LKPM [Laporan Kegiatan Penanaman Modal],” ujar Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Aceh melalui Kepala Bidang Pengendalian Penanaman Modal Jonni, Senin (21/5/2018)
Sedangkan realisasi investasi dari 158 perusahaan lokal pada kuartal I 2018 sebesar Rp248 miliar. Dari total 201 perusahaan yang melaporkan pertumbuhan usaha pada kuartal I tersebut, jumlah tenaga kerja lokal yang terserap sebanyak 2.782 orang.
Baca Juga
Jonni menyebutkan, pertumbuhan realisasi investasi kuartal I 2018 menurun dibanding kuartal I 2017. Namun demikian, Badan Koordinasi Penanaman Modal menargetkan Aceh mendapatkan investasi yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp6,81 triliun
“Itu karena kita melihat, perusahaan yang mendapatkan izin prinsip di tahun 2018 lebih banyak dari 2017,” kata Jonni.
Perusahaan yang sudah mendapat izin prinsip akan didampingi dan dibina oleh DPMPTSP Aceh agar proses investasi perusahaan selesai hingga tahap komersil. Di samping itu, Jonni berharap pemerintah di kabupaten/kota membuat klaster suatu kawasan agar menjadi lebih terpadu dan memudahkan investor.
Pertumbuhan investasi di Aceh diharapkan mampu menyediakan banyak lapangan kerja serta menyerap tenaga kerja. Karena itu, DPMPTSP juga kerap mempromosikan potensi investasi di Aceh pada berbagai forum, seperti pada forum pebisnis lokal dan luar negeri.
Pihak DPMPTSP juga ingin mengubah pola promosi, dari hanya sekadar membicarakan potensi investasi kepada memproyeksikan kemungkinan untung yang didapat investor jika masuk ke Aceh. Jadi investor bisa melihat langsung kemungkinan untungnya, ujar Jonni.
Ia berharap pertumbuhan investasi dan realisasi investasi di Aceh tumbuh signifikan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi, pembangunan, dan mengurangi pengangguran.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh Zainal Arifin Lubis yakin investor akan masuk ke Aceh jika pertumbuhan ekonomi di Aceh bagus. Selain indikator profit yang bisa didapatkan perusahaan, angka pertumbuhan ekonomi juga menjadi penilaian bagi calon investor.
“Selain itu faktor keamanan, ini penting untuk keberlangsungan usaha investor. Tapi bagi saya, Aceh sekarang aman,” tutur Zainal di Banda Aceh. Pemerintah, lanjut Zainal, juga harus konsisten terhadap kebijakan.
Di Aceh, menurut Zainal, kuantitas tenaga kerja sudah cukup, namun dari segi kualitas yang harus ditingkatkan terutama dari segi etos kerja. Bagian penting lainnya ialah tingkat korupsi pejabat pemerintah, calon investor akan memprediksi tingkat korupsi untuk melihat keberlangsungan usaha.
Terus Gaet Investor
Pemerintah Aceh terus menggaet investor asing untuk berinvestasi di Aceh. Pada awal Mei 2018, Pemerintah Aceh melakukan penandatanganan kontrak sektor migas pada blok Andaman I dan II di pantai lepas bagian utara Aceh. Kedua blok itu masing-masing dimenangkan oleh Mubadala Petroleum RSC Ltd. dari Dubai dan Premier Oil dari Inggris.
Kontrak yang menggunakan skema gross split dengan jangka waktu kontrak 30 tahun itu dimulai dengan tahap eksplorasi selama enam tahun. Kedua perusahaan ini akan melakukan studi geology dan geofisika dalam waktu dekat ini dengan melakukan survey seismic.
“Pemerintah Aceh akan secara penuh memberikan dukungan,” ujar Gubernur Aceh Irwandi Yusuf dalam rilis yang diterima Bisnis pekan lalu.
Perusahaan energi asal Korea Selatan, BS Energy sedang berencana membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air di Gayo Lues dan Nagan Raya dengan investasi sebesar US$1.050. Mereka sedang mengurus perizinan dan sedang dalam tahap pre qualification dari PLN.
Menurut Wakil Presiden BS Energy Kwon, potensi energi yang terdapat di dua kabupaten tersebut sebesar 306 megawatt.
“Kendala kita cuma akses ke lokasi yang sulit. (Sampai saat ini) semua masih manual. Kita mempekerjakan 60 orang lokal untuk membawa alat ke sana,” ujar Kwon saat bertemu Gubernur Aceh Jumat lalu.
Kwon mengatakan, investasi pihaknya akan mendongkrak ekonomi Kabupaten Gayo Lues dan Nagan Raya, serta membuka peluang usaha bagi kontraktor lokal karena BS Energy akan menggandeng mereka juga.