Bisnis.com, MEDAN - Kepala Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Pemprov Sumatra Utara Naslindo Sirait mengatakan, penyebab penurunan harga cabai merah akhir-akhir ini antara lain karena pengaruh panen raya di sejumlah daerah.
Panen melimpah menyebabkan over stock dan memengaruhi harga di pasaran.
Oleh karena itu, Naslindo menyarankan pembentukan regulasi khusus mengenai pola tanam produk pertanian.
"Ke depan, untuk mengatasi itu harus dibentuk pola tanam, dimana petani harus menanam cabai di setiap waktu, sehingga menghasilkan panen setiap waktu," kata Naslindo kepada Bisnis, Minggu (7/1/2022).
Di sisi lain, Naslindo mengatakan bahwa harga cabai merah sebenarnya sudah mencapai Rp20.000 per kilogram di tingkat petani. Namun dalam kondisi tertentu, terdapat spekulan harga yang menyebabkan harga jatuh.
Padahal, harga cabai merah sesuai harga patokan petani (HPP) berada di kisaran Rp10.000 hingga Rp15.000 per kilogram.
"Ke depan petani perlu mengakses aplikasi pemasaran cabai secara online, sehingga petani bisa mengetahui informasi harga di pasaran. Harga tidak lagi gelap. Petani tahu harga di konsumen, sehingga bisa langsung berinteraksi ke konsumen tanpa para tengkulak," kata Naslindo.
Sebelumnya, para petani cabai merah mengeluh karena harga jual cabai merah yang rendah. Sedangkan harga pupuk terbilang mahal.
Menurut Muliono, seorang petani asal Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara, mereka menjual cabai merah seharga Rp14.000 per kilogram pada hari ini, Minggu (9/1/2022).
Padahal, biasanya harga normalnya berkisar Rp25.000 hingga Rp30.000 per kilogram.
"Iya, harganya murah sekali ini. Hari ini saja cuma Rp14.000 (per kilogram)," kata Muliono kepada Bisnis.
Muliono menduga harga cabai merah turun drastis akibat suplai melimpah dari luar daerah.
"Karena cabai yang dari luar kota masuk dan cabai kering entah dari mana datang ke pasar-pasar di Kota Medan," kata Muliono.
Tak cuma harga jual yang rendah, petani cabai juga mengeluh lantaran harga pupuk di pasaran justru mahal. Untuk pupuk urea nonsubsidi, harga satu paket bisa mencapai Rp350.000.
Harga tersebut jauh di atas harga pupuk urea subsidi, yakni Rp150.000. Persoalannya, ketersediaan pupuk subsidi tersebut langka.
"Petani hancur, harga murah pupuk mahal. Yang non subsidi pupuk urea harganya Rp350 ribu. Kalau yang subsidi Rp150 ribu, itu pun langka. Semakin menyedihkan," kata Muliono.
Di tempat lainnya, tepatnya di Kabupaten Karo, Sumatra Utara, harga cabai merah juga tak jauh berbeda. Bahkan lebih murah. Para pengepul mematok harga senilai Rp8 ribu hingga Rp10 ribu per kilogram.
Pada pergantian tahun, harga cabai merah dipatok sedikit lebih tinggi. Yakni Rp12,5 ribu per kilogram.
"Kalau untuk yang kualitas top super, kami biasa membeli dari petani itu Rp9 ribu sampai Rp10 ribu. Itu untuk harga hari ini," kata seorang pengepul, Jafar Ahmad Purba, kepada Bisnis.
Menurut pengamat ekonomi asal Universitas Islam Negeri Sumatra Utara Gunawan Benjamin, harga cabai di bawah Rp10 ribu per kilogram merupakan kabar buruk buat para petani. Sebab, mereka tidak akan memeroleh untung dengan harga jual yang begitu murah.
"Dengan harga cabai merah di kisaran Rp8 ribu hingga Rp10 ribu per kilogram, ini petani tidak mendapatkan apa pun selain rugi atau buntung. Dengan harga cabai yang sebesar itu tentunya petani yang paling menderita," kata Gunawan.
Menurut Gunawan, harga cabai merah yang murah disebabkan suplai yang melimpah.
"Melimpahnya panen cabai merah di wilayah Sumatra Utara menjadi pemicu anjloknya harga cabai merah saat ini," katanya.
Produksi cabai merah terpantau melimpah di beberapa kecamatan di Kabupaten Karo. Di sisi lain, pasokan dari luar Sumatra Utara, seperti Aceh, juga meningkat.
"Sejauh ini belum bisa dipastikan kapan harga cabai merah bisa kembali bersahabat dengan petani. Karena situasinya tengah terjadi panen raya," kata Gunawan.
Jika harga cabai rawit terpantau murah, harga berbeda terjadi pada komoditas cabai rawit. Harga cabai jenis ini sebelumnya bahkan sempat menyentuh Rp85 ribu per kilogram.
Selain cabai, harga tomat di tingkat pedagang besar mengalami kenaikan menjadi Rp5.500 per kilogram. Menurut Gunawan, kenaikan ini dipicu ekspor tomat dari Sumatra Utara ke Myanmar dan Malaysia.
"Namun saya belum mendapatkan kabar dari petani terkait adanya permintaan cabai merah ke luar negeri. Padahal kita sangat berharap cabai merah bisa di atas harga keekonomiannya. Kalau seperti ini harganya, konsumen yang diuntungkan. Padahal kita ingin harga bersahabat bagi semua pihak," kata Gunawan.